LIWA, WII- Talas, tanaman jenis umbi-umbian ini memang kurang populer atau jarang sekali dibudidayakan oleh petani lokal di Kabupaten Lampung Barat (Lambar). Namun sapa sangka, tanaman yang memiliki karbohidrat tinggi ini disisi nilai jual cenderung stabil.
Bahkan, bila diolah menjadi sesuatu makanan dapat menambah harga jual dan menjanjikan keuntungan ganda.
Talas dapat dikomsumsi dengan cara pengolahan direbus ataupun digoreng. Selain itu, talas juga dapat diolah menjadi tepung yang dapat dijadikan bahan baku dari berbagai makanan, khususnya anekaragam kue.
Namun pada umumnya masyarakat memanfaatkan talas sebagai bahan olehan keripik. Dimana, makanan ringan ini memiliki nilai jual ekonomis.
Seperti yang ditekuni oleh Surip Warga Pekon (Desa) Kembahang, Kecamatan Batu Brak yang memanfaatkan telas menjadi bahan baku produksi keripik rumahan.
Dikatakannya, dirinya biasanya mendapatkan bahan baku talas untuk produksi kripiknya tidak kurang dari Rp2.500 per Kilogram (Kg). Bahkan, dirinya juga kerap membeli dengan harga yang lebih tinggi. Hal itu, dipengaruhi oleh langkanya atau keberadaannya talas dipasaran.
Seperti hari ini, dirinya membeli talas untuk dijadikan bahan baku priduksi keripiknya dengan harga Rp3000 ribu per KG.
“Sejauh ini saya menerima talas untuk diolah menjadi kripik, dipasaran untuk harga eceran bisa mencapai Rp5 ribu per-Kilogram,” kata ibu yang tinggal di perbatasan antara Kecamatan Batu Brak dengan Balik Bukit ini, Jumat (21/08/20).
Selain untuk olehan kripik, lanjut Surip, talas kerap dijadikan olahan makanan pengganti nasi. Karena mengandung karbohidrat tinggi dan rendah gula.
“Ada juga yang menjadikan tanaman talas pengganti beras bagi penderita diabetes, wajar bila harganya cenderung stabil,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Indra salah satu warga Pekon Kembahang menuturkan, bahwa dirinya baru saja menjual 15 Kg talas dari hasi kebunnya. Dimana, dirinya mendapatkan harga jual sebeaar Rp3 ribu per Kg.
“Lumayan jadi dana tambahan mas,” ucapnya.
Laporan : Erwan Nur / WII