LIWA, WII – Liwa adalah Ibu Kota Kabupaten Lampung Barat, Lampung.
Kota Liwa berjarak sekitar 246Km dari Bandar Lampung. Dapat ditempuh kurang lebih empat hingga lima jam perjalanan darat.
Nah, lantas bagaimana sejarah nama Liwa?
Menurut Kabid Pemasaran Pariwisata, Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Lambar, Endang Guntoro, dalam keterangan teetulisnya Minggu (6/9/2020), Liwa berasal dari bahasa Arab, yakni kata Al-liwa yang berarti bendera.
“Menurut salah satu versi cerita bahwa pemberian nama Al-Liwa yang sekarang dikenal dengan Kota Liwa dimulai dari sejak runtuhnya Kerajaan Sekala Brak kuno yang dipimpin oleh pemimpin terakhirnya bernama Ratu Sekarmong,” terangnya.
Dikatakan Endang, Ratu Sekarmong ditumbangkan para pembawa ajaran Islam saat peperangan yang maha dahsyat antara bala tentara Kerajaan Sekala Brak pimpin Ratu Sekarmong versus Maulana Bersaudara yang berasal dari Pagaruyung beserta pengikutnya.
“Pada saat peperangan tersebut runtuhlah Kerajaan Sekala Brak Kuno, dan sebagai tanda takluk maka para pengikut Ratu Sekarmong menyerahkan Al-Liwa (bendera) kepada Maulana Bersaudara. Maka sejak saat itu Ibu Kota dinamakan Al-Liwa,” terangnya.
Diteruskan, selayaknya ibu kota kabupaten, geliat pembangunan di Kota Liwa nampak di tahun-tahun terakhir ini pemkab setempat terus berbenah untuk menjadikan Kota Liwa menjadi tempat yang representatif sebagai ibu kota kabupaten.
“Di jantung Ibu Kota Liwa dibangun Kebun Raya Liwa (KRL), yang merupakan salah satu dari sekitar 40 Kebun Raya yang ada di Nusantara; Taman Kota Ham Tebiu; Tugu Adipura/Tugu Kopi dan Kawasan Sekuting Terpadu yang merupakan kawasan dimana terdapat Islamic Center atau dikenal juga Masjid Bintang Mas, kebanggaan masyarakat Lambar.”
“Masjid Bintang Mas yang masuk dalam 100 masjid dengan arsitektur terindah di Indonesia, GOR Ajisaka dan Stadion Sekala Brak. Di kawasan ini juga pada setiap tahun nya di gelar perhelatan tahunan pemkab, Liwa Fair, yang bertujuan memberikan hiburan dan serta sekaligus ajang untuk menginformasikan keberhasilan pembangunan pemerintah daerah kepada masyarakat Lampung Barat. Selain itu menjadi wadah untuk saling berbagi informasi, kegiatan sosial dan bahkan promosi produk unggulan dan potensi yang ada di Lambar,” terangnya.
Di pusat Kota Liwa juga tepatnya di Lapangan Merdeka di bawah Monumen Paksi Pak Sekala Brak atau dikenal juga dengan Tugu Kayu Ara, pada setiap bulan Juli digelar salah satu perhelatan akbar Pemkab Lambar, yaitu Festival Sekala Bekhak (FSB).
“FSB merupakan festival budaya terbesar di Kabupaten Lampung Barat, Kemilau Budaya Bumi Sekala Bekhak akan bisa kita saksikan dalam perhelatan yang berlangsung selama lebih satu minggu ini,” teeangnya lagi.
Diteruskan, berada di ketinggian 800 hingga 900 mdpl, Kota Liwa beriklim yang sejuk (dingin).
“Untuk itu, anda yang akan mengunjungi Kota Liwa, sebaiknya membawa jaket dan pakaian yang cocok di daerah dingin,” tadasnya.
(esa/WII)