Andai tak Malu Saya sudah Nangis di Tengah Lahan, Keluh Petani Palawija di Tengah Harga Anjlok

  • Bagikan

SUKAU, WII – Petani di Kabupaten Lampung Barat (Lambar) sedang dirundung pilu. Pasalnya, harga komoditas sayur mayur di kabupaten setempat anjlok.

Bahkan, petani kesulitan untuk menjual hasil paninnya. Atas situasi ini, banyak petani yang merugi.

Tidak adanya harga dan sulitnya penjualan, banyak petani yang kini pasrah dan tidak memanin tanaman yang ada dikebunnya.

Seperti yang dialami, Widi (37) petani di Pekon Tanjung Raya, Kecamatan Sukau, dimana dirinya kini kesulitan untuk menjual tanaman jenis muntul (Ubi jalar, red) dari kebunnya. Sehingga, dirinya membiarkan begitu saja tanaman tersebut walapun sudah memasuki masa panen.

Dikatakannya, harga muntul ditingkat petani kini dihargai Rp1.600 per kilogram (kg) untuk jenis muntul madu. Sedangkan, jenis muntul ungu atau lainnya tidak ada harga.

“Untuk muntul madu sendri sekarang harganya Rp1.600 per kilogram (KG), itu pun tidak lancar. Semntara untuk muntul unggu sama sekali tidak ada harga,” ungkapnya.

Widi mengatakan, dirinnya sempat menawarkan hasil bumi dari kebunnya ke beberapa agen setempat. Akan tetapi, tidak satupun agen yang kini mau menampung hasil paninnya.

“Sudah lima agen yang saya tawarkan tapi tidak ada jawaban satupun hingga saat ini” katanya.

Dengan kondisi saat ini, dirinya dipastikan merugi jutaan rupiah. Bahkan, dirinya sempat membuang begitu saja hasil panin karena tidak adanya harga dan sulitnya pembeli.

“Jangankan mau untung modal saja susah untuk kembali. Harga obat saja sekarang lebih mahal dari harga sayur. Sudah satu ton lebih muntul saya buang karna tidak laku,” katanya.

“Andai saja tidak malu mungkin sudah menangis di tengah lahan,” keluhnya.

Hal yang sama juga dialami oleh Rahmadi (23) warga Pekon Parda Suka yang berprofesi sebagai petani sayur mayur. Dimana, sayuran jenis kol miliknya hanya dihargai Rp800 dan daun sop Rp2.500 per Kg ditingkat petani. Itupun, tidak setiap saat agen mau menampung hasil kebunnya.

BACA JUGA:  Bupati Dendi Hadiri Program Ketahanan Pangan Lanal Lampung

“Biasanya lahan saya bersihkan sekarang sudah tidak lagi karna sudah putus asa dengan harga saat ini,” ungkap Rahmadi.

Dikatakan, banyak kol yang sengaja tidak dipanin bahkan dibuang begitu saja olehnya. Sebab, harga saat ini tidak sebanding dengan modal yang telah dikeluarkan.

“Banyak sekali kol yang kami buang (babat) karna tidak laku. Sementara untuk daun sop sendri hanya Rp2.500 per kg. Kami hanya dapat capeknya saja untuk panen saat ini, sementara air pun kami beli Rp.150.000 per mobil itu pun bisa sampai 5 mobil,” katanya.

Sementara menurut agen sayur di Pasar Sampot,  Pekon Padangcahya, Pasaribu (45) mengatakan harga komoditas sayur mayur di Lambar tengah mengalami penurunan bahkan cenderung tidak ada harga. Hal itu, imbas dari menurunya daya beli dimasyarakat.

“Tidak ada yang mahal sekarang,biasanya saja saya mengirim ke Jakarta dan Palembang tapi skarng hanya ke palembang saja karna harga tidak akor,” katanya.

Dikatakanya, wortel saat ini hanya dihargai Rp1.000 dan sawi Rp300 per kilogramnya.

“Biasanya saya mengirim satu penuh mobil jenis truck secara rutin (tiap hari) tapi sekarang sudah jarang,” tambahnya.

Laporan : Wahyudi / WII

  • Bagikan