Oleh: Reki Fahlevi
P3MD Lampung Barat
Beberapa waktu lalu, tepatnya Rabu ,11 November 2020, saya berkesempatan menikmati keindahan objek wisata puncak Tamiangan Hill yang terletak di Kecamatan Gedungsurian Lampung Barat (Lambar) bersama Team Smart Village dari dinas PMDT Provinsi Lampung, dosen ITERA, dosen Darmajaya, dan masyarakat setempat.
Pagi itu, kami mulai berangkat menggunakan ojek setempat untuk mendaki puncak Tamiangan. Keberadaan ojek tersebut tentunya dapat mendongkrak ekonomi masyarakat setempat selain bertani. Bisa dikatakan menjadi supir ojek menambah pundi-pundi pendapatan mereka.
Ojeknya profesional, kendaraan yang sudah dimodifikasi, ditambah perlengkapan handy talky untuk berkomunikasi.
Perjalanan kurang lebih 3Km dari home stay di pemukiman warga, kami melewati kebun kopi, sedikit tanjakan dan turunan.
Hingga dua tanjakan terakhir sebelum tiba di Tamiangan, tanjakan yang cukup tinggi membuat jantung berdebar lebih kencang. Rasa jantung saya berdebar seperti saat pertama kali berkenalan dan jatuh cinta kepada istri saya sembilan tahun lalu.
Saya yakin, bagi yang suka petualangan akan senang dan menikmati sekali tanjakan tersebut. Namun, bagi orang seperti saya, rasa was-was pasti muncul jika berencana mendaki kembali. Oleh sebab itu saya mengusulkan kepada pengelola setempat agar ojeknya tidak sampai dua tanjakan terakhir.
Di dua tanjakan terakhir tersebut, sebaiknya dibuat jalan seperti anak tangga, dipenuni bunga dan spot-spot foto di sekitarnya, dipasang plang dengan nama-nama unik dan menarik, bisa juga dipasang boot untuk dagangan minuman bagi pengunjung yang kelelahan mendaki anak tangga terakhir tersebut.
Kenapa hanya dua tanjakan terakhir? Agar tidak mematikan usaha supir ojek setempat.
Setibanya di puncak Tamiangan Hill, rasa lelah seketika hilang manakala menyaksikan keindahan alam ciptaan tuhan di puncak Tamiangan Hill. Ada pegunungan indah disaksikan, ada awan yang berada di bawah kita. Wajar jika dijuluki negeri di atas awan. Udaranya dingin. Rasanya seperti menusuk di sekujur tubuh. Terlintas di pikiran saya untuk menyanyikan lagu Ahmad Dhani dengan judul Sedang Ingin Bercinta.
Tak heran pula, Kapala Dinas PMD Lampung Barat, Ronggur L Tobing mengatakan, “tuhan menciptakan Lampung Barat saat ia tersenyum.”
Walaupun secara harfiah kita tidak pernah menyaksikan proses tuhan menciptakan alam ini, namun setidaknya kalimat tersebut menggunakan majas hiperbola untuk menggambarkan betapa indahnya Lampung Barat.
Di sekitar puncak Tamiangan Hill, banyak tenda-tenda bagi pengunjung yang bermalam di sana.
Pengelola puncak Tamiangan menyediakan sewa peralatan lengkap. Terdapat juga warung kopi dan makanan ringan. Nampak para pengunjung menyaksikan kabut pagi dan munculnya sunrise di ketinggian dari depan tenda masing-masing.
Kami mengusulkan agar spot-spot permainan ditambah, seperti playing fox, sepeda gantung, roller coaster mini, dan yang sedang tren saat ini, yakni bunga, taman bunga perlu di tambah. Sebab sejak dahulu bunga selalu membuat bahagia kaum hawa, dan lebih menarik lagi jika di puncak Tamiangan terdapat makanan khas Gedungsurian.
Turun dari puncak Tamiangan, di home stay kami merasakan dinginnya air saat mandi. Saya berpikir agar lebih asyik lagi jika ada sungai maka dibuat tempat pemandian tradisional, pancuran mandi menggunakan bambu yang mengalir ke sungai, agar mandinya bisa beramai-ramai.
Sebelum pulang, kami bertemu peratin (Kepala desa, Red) mengucapkan banyak terima kasih, juga kepada masyarakat yang berada di sekitar, kami ucapkan terima kasih dan maaf atas kekhilafan laku kita di sana.
Kita berharap masyarakat terus berinovasi melahirkan ide dan gagasan untuk mewujudkan lampung barat hebat.
Kita bangga dengan masyarakat, bahu membahu bergotong royong, hingga tercipta puncak Tamingan Hill. Oleh karenanya dari kejauhan dalam perjalanan pulang kita berdo’a kepada Allah SWT, agar senantiasa mencurahkan keberkahan, kenikmatan dan anugerahnya kepada masyarakat Gedungsurian, Lampung Barat. Aamiin. (*)
Editor: (esa) Merli Sentosa