LIWA, WAKTUINDONESIA – Habis gelap terbitlah terang adalah buku kumpulan surat yang ditulis oleh Kartini sang tokoh emansipasi wanita di Indonesia.
Berbeda halnya dengan istilah habis hujan terbitlah kabut, merupakan ungkapan masyarakat saat menyaksikan kepulan kabut menyelimuti Kebun Raya Liwa (KRL), Kubuperahu, Balikbukit, Lampung Barat (Lambar).
Pemandangan indah tersebut terjadi usai diguyur hujan dengan intensitas sedang saat acara puncak Kharisma Even Nusantara Festival Sekala Bekhak (FSB) VII dengan Hybrid Concept (Virtual) yang dihelat di area KRL, Senin (25/10/21).
Menteri Pariwisata dan Ekonimi Keratif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno hadir secara online.
Gumpalan kabut putih pekat melambai lambai di atas perbukitan pada areal kawasan eduwisata iconik Bumi Beguwai Jejama tersebut.
Selain itu, adanya embun yang berkabut adalah kodisi yang kerap terjadi, khususnya di waktu pagi jelang metahari terbit pada kawasan KRL yang terletak tepat di depan rumah dinas bupati setempat.
Tak ayal, kabut di sore itu menjadi pemandangan yang memanjakan sejumlah tamu asal luar daerah. Bahkan diketahui, tamu undangan seperti dari Provinsi Jambi pun hadir pada FSB yang masuk dalam Calendar of Event Nasional itu.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Lambar, Tri Umaryani, mengatakan peristiwa tersebut merupakan karunia tuhan di kabupaten yang kaya akan potensi alam dan pariwisata.
“Tuhan ingin menunjukan kuasanya, bagaimana alam dan budaya bersatu,” ujar Tri Umarnyani merujuk pada Lambar yang kental akan nuansa adat budaya.
Meski rencananya akan dimeriahkan oleh perwakilan penggiat seni pada hari puncaknya dalam FSB ke-7 tersebut, kata Tri Umaryani, dirinya mengaturkan permohonan maaf atas kondisi alam yang terjadi.
“Tentu saja pengisi acara khususnya para seniman sedikit kecewa tidak bisa tampil, insyallah ada hikmah yang terbaik dibalik ini semua,” terang Tri sapaan Tri Umaryani.
“Dan semuanya memaklumi atas kondisi hujan ini yang kedatangannya di luar kuasa manusia,” tambah Tri.
Lebih lanjut kata Tri, tuhan ingin menunjukan kepada tamu dan penonton yang menyaksikan pertunjukan via online maupun offline tersebut tentang keindahan kabut di Lambar.
“Mudah-mudahan ke depan FSB dapat dihelat secara offline dan lebih meriah lagi,” harapnya.
Tri juga menyatakan dirinya bangga atas ditutupnya FSB secara langsung oleh Menteri via aplikasi zoom meeting.
“Bersyukur di tengah kesibukan bapak menteri di Papua, beliau dapat menyapa masyarakat Lambar dan menutup FSB ke tujuh ini,” akunya.
Ibu tiga anak yang kerap menggunakan kacamata tersebut berpandangan acara FSB sukses digelar dengan khidmat dan meriah meski hujan sempat menghiasi pelaksanaan.
“Mudah-mudahan tidak mengurangi semangat untuk terus menjaga kelestarian seni dan adat budaya Lambar,” harapnya.
Menparekraf RI, Sandiaga Salahudin Uno, mengakui lokasi puncak FSB adalah iconik dan dikenal kalangan masyarakat khususnya para milenial.
“Kita semua mengharapkan KRL milik Lambar yang sangat viral melalui berbagai platform digital ini dapat menjadi indikator Pariwisata segera bangkit dan pulih akibat pandemi Covid-19,” ujar Menteri Sandiaga.
Sementara itu, Bupati Lambar Parosil Mabsus juga menanggapi pagelaran FSB yang menampakan fenomena selimut kabut itu dengan sajak singkat spontanitasnya.
“Sedingin Hatimu Sedingin Perasaanmu,” ungkapnya saat sambutan jelang penutupan acara.
Parosil mengutarakan kegiatan tahunan Pemkab Lambar melalui Disporapar tersebut telah dikategorikan even tingkat nasional.
“Tentu ini kebanggan tersendiri bagi seluruh warga Lambar, dimana kali ini KRL penuh ekstetika, alam nya menyatu dengan adat budaya Lambar bersatu padu,” tandasnya.
Diketahui, rangkaian FSB 2021 sejak Agustus lalu.
(erw/WII)