Gelombang Tinggi, Talud Penahan Abrasi Hancur: 700 Jiwa di Pesisir Barat Terancam, Perahu Nelayan-TPU Terdampak

  • Bagikan

KRUI, WII -Talud penahan abrasi sepanjang sekitar 800 Meter di Pemangku Siging Pekon Pardasuka Kecamatan Ngaras Kabupaten Pesisir Barat (Pesibar), Lampung, hancur akibat hantaman air laut saat musim gelombang tinggi melanda.

Akibatnya, sekitar 700 jiwa yang ada di wilayah tersebut acapkali terancam.

Tidak hanya itu, bahkan tidak jarang perahu nelayan setempat hancur akibat hantaman gelombang besar.

Salah seorang warga setempat yang juga berprofesi sebagai nelayan, Novianto, Sabtu (27/6), mengatakan bahwa warga yang tinggal di sekitar pantai tersebut seringkali terancam, ketika musim gelombang tinggi tengah berlangsung. Bagaimana tidak, air laut bisa naik bahkan hingga kewilayah permukiman penduduk yang berada di sekitar bibir pantai.

“Bahkan, banyak pohon kelapa mati dan tumbang akibat abrasi pantai,” ucapnya.

Selain itu, kata Dia, warga juga acapkali dihantui kekhawatiran dengan keberadaan perahu yang berada di bibir pantai, yang dikhawatirkan hancur.

“Ya memang sudah ada beberapa unit perahu yang hancur akibat hantaman ombak, hingga tidak bisa lagi digunakan. Padahal sebelumnya masih layak pakai,” terangnya.

“Tempat Pemakaman Umum (TPU) juga ikut terkena terjangan air laut yang naik ke daratan,” imbuh Dia.

Menurut Novianto, penyebab utama dari kondisi tersebut, tidak lain dari hancurnya talud penahan abrasi sepanjang sekitar 800 Meter yang sudah terjadi sejak lima tahun lalu. “Karenanya kami berharap pemerintah, baik kabupaten, provinsi, maupun pusat, bisa merespon keluhan kami dan segera mewujudkannya,” pungkasnya.

Ungkapan senada juga disampaikan Peratin Pardasuka, Edwar S. Menurutnya, musim gelombang tinggi menjadi momok yang menakutkan bagi warganya yang tinggal di sekitar bibir pantai. “Keselamatan warga benar-benar terancam. Belum lagi khawatir perahunya hancur dan itu memang sudah terjadi,” kata Edwar.

BACA JUGA:  Polres Karo Kembali Amankan Pelaku Pembunuhan Mayat di Sungai Lalu Gerguh

“Kami berharap kondisi ini bisa segera tertangani. Kalaupun di kabupaten terbentur dari sisi anggaran, mungkin bisa dari provinsi, atau hingga ke pusat. Bagi kami yang terpenting keselamatan dan mata pencaharian warga kami tidak terancam,” tukas Edwar. (neo/wii)

  • Bagikan