Seketika lapangan Mapolres Lampung Barat (Lambar) tampak dihiasi dengan tangis dan haru saat taburan bunga mengiringi pindah tugasnya AKBP Rachmat Tri Haryadi ke Polda Lampung sebagai Kabag RBP Rorena Polda Lampung, Sabtu (14/8/21).
Dimana pimpinan korps bhayangkara yang menjabat 1 tahun 10 bulan itu dalam langkahnya meninggalkan mapolres setempat dilakukan dengan prosesi Pedang Pora serta diiringi instrumental sedih yang dirangkum dalam welcome and farewell.
Ditambah lagi, lagu yang diputar di tengah acara pelepasan itu milik Endank Soekamti. Yang berjudul ‘Sampai Jumpa’ itu, semakin menguatkan suasana sedih menyelimuti acara seremonial yang digelar polres yang juga membawahi Pesisir Barat itu.
Sehingga tak membendung mata personel hingga berkaca-kaca, seakan terkenang kepempimpinan dan kekeluargaan selama menjabat di korps baju coklat di bumi Beguwai Jejama.
Terkhusus ibu bhayangkari dan polwan, adalah perempuan biasa yang diberi amanah oleh negara, sehingga kaum hawa di sepanjang jalan melepas pindah tugasnya sang komandan menunjukan banyak raut muka yang sedih bahkan isak tangis pun terdengar.
Wajar wanita memang insan yang mudah terbawa emosional apalagi bila mengenang kisah.
Enggak dinyana rupanya benar, terdengar sosok wanita menangis tersedu di Sabtu siang menjelang sore tadi.
Soalnya, awak media ini stay di ujung karpet merah tepat berjalannya sang komandan sambil mencari ‘angel’ poto terbaik, tepat di belakang bhayangkari yang sedang menangis itu.
“Mbak jangan nangis ya, nanti nuler lo nangisnya itu ke kami semua, mbak jangan sedih,” begitu ucap wanita berbaju merah muda khas pakaian bhayangkari menyinggung ibu bhayangkari di sebelahnya
Lantas ibu itu pun menyaut, “Enggak bisa mbak, ibu Anggi itu orangnya baik banget, kapan ya ketemu lagi,” jawabnya sambil tersedu seperti mengenang saat bersama istri AKBP Rachmat yang sekaligus juga sebagai ketua Bhayangkari setempat.
Tak hanya kaum hawa rupanya, pasangannya seperti kaum adam pun demikian.
Dalam acara itu para personel bhayangkara pun sepertinya tidak bisa menahan air mata mengalir dalam acara Farewell Eks Kapolres Lambar itu.
Hanya saja, semua nampak tak ingin wibawa nya turun bila harus menangis dihadapan khalayak ramai. Maklum namanya juga lelaki identik dengan sosok kuat dan gagah berani.
Sisi lain, adagium yang mayoritas akrab di telinga kita bahwa hanya tindak, tanduk dan laku baik seseoranglah yang akan kekal diingat benarlah adanya.
Pasalnya, kebaikan AKBP Rachmat itu melekat pada semua bawahannya, sehingga banyak kenangan manis yang sulit dilupakan oleh anggota setempat.
Hal tersebut diakui Aiptu Sigit, salah satu personel bintara di polres setempat ketika awak waktuindonesia.id mencari tahu musababnya.
“Jadi bapak itu emang baik orangnya, gak pilih-pilih dalam bersosial,” terangnya saat media ini mencoba menggali.
Selain itu kenang Aiptu Sigit, dirinya pernah dijamu oleh komandan berpangkat melati dua di pundaknya itu saat persamuhan di salah satu warung kaki lima.
“Saya ingat betul, pernah waktu itu bapak Rachmat gak sengaja ketemu saat saya makan sate, terus makan saya dibayarin,” kenang dia menyebut lokasi di pedagang kaki lima depan bundaran Pasar Liwa.
“Itulah baiknya bapak itu, gak cuma bayarin makan tapi juga di sanguin duit di kantong celana saya waktu itu,” imbuhnya menceritakan histori yang dialaminya.
Sehingga wajar, bila kebaikan kebaikan AKBP Rachmat itu langsung kembali teringat oleh personel saat acara pelepasan dibingkai dengan pedang pora yang turut di liringi kapolres baru AKBP Hadi Saipul Rahman. Mantan Kapolres Tulangbawang Barat itu beserta istri.
Sementara itu, selain kebaikan, ketegasan dalam memimpin juga pun begitu dikenang oleh wakilnya, Wakapolres Dwi Santoso. Pria berpangkat Kompol itu mengutarakan bahwa sang komandan selama menjabat adalah pribadi yang tegas dan disiplin.
“Yang pasti beliau sangat tegas, kerja harus tuntas dan menuntut harus cepat dalam menjalankan tufoksi, tidak boleh berleha leha,” Kata dia saat menceritakan kepada awak waktuindonesia.id.
Berpindah tugasnya sang komandan kata Dwi Santoso meninggalkan satu kenangan sedih, dirinya mengungkapkan momen haru saat menjalankan tugas bersama di daerah Pesisir Barat, yang mana kabupaten bungsu di Provinsi Lampung itu masih merupakan wilayah hukum Polres Lambar.
“Yang saya sedihnya waktu menjalankan tugas menyebrang ke Pulau Pisang, kondisi ombak begitu besar saya pun sampai mabok dibuatnya, tetapi komandan tetap menyemangati dan memberlakukan saya layaknya sebagai orang tua, disitu saya kagum dan sedih kalo diingat terus,” kisahnya.
Tetapi kata Dwi, kesedihan tidak boleh berlarut setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya, perihal komandan yang kini bertugas di tempat lain, dirinya menyadari rotasi di tubuh institusi adalah suatu hal yang biasa dilakukan
“Tentunya kami selalu mendoakan semoga komandan Rachmat selalu dalam keadaan sehat, sukses karirnya serta selalu dalam lindungan Allah saat bertugas,” tukasnya.
Laporan: Erwan Nur





