LIWA, WAKTUINDONESIA – Salah satu pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) tingkat Provinsi Lampung asal SMAN 1 Liwa, Balikbukit, Lampung Barat (Lambar), Citra Ayu Septina, mencuri perhatian publik.
Orang tua siswi yang mengharumkan nama bumi Beguwai Jejama tersebut mengakui buah hatinya seakan minim akan perhatian, utamanya dari sekolah asalnya.
Dikonfirmasi awak waktuindonesia.id, orang tua Citra, yakni Khoirul Umur, mengatakan putrinya bersama dua siswa asal MAN Lambar dinyatakan lolos sebagai paskibraka provinsi beberapa waktu lalu.
Namun, putrinya berangkat hanya bersama keluarga, tak ada pihak sekolah yang mendampingi.
“Saya bukan mengharapkan uang atau lainnya, Insyallah kami sekeluarga masih bisa memfasilitasi anak kami untuk berangkat ke provinsi menjalani karantina, tapi bagaimana bila hal serupa terjadi pada siswi lain yang orangtuanya kurang mampu,” jelasnya, Kamis (19/8/21).
Sebelum berangkat ke provinsi, dia menerima kabar bahwa putrinya ditunggu panitia provinsi pada tanggal 8 Agustus untuk menjalani karantina di Hotel Kurnia 2 Bandar Lampung.
Dirinya mengaku telah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mempertanyakan ikhwal sumbangsih pemkab sebagai bentuk bantuan moril maupun materil.
Namun dirinya mendapat keterangan bahwa kaitannya dengan pemberangkatan tersebut tidak ada anggarannya.
Sehingga ia bersama keluarganya mengantarkan putrinya tersebut sebagai dorongan semangat akan prestasi yang bakal ditorehkan oleh putrinya.
“Sejak ada informasi anak kami lolos, kami antarkan dengan mobil milik keluarga langsung ke Bandar Lampung, dan benar saja kedatangan putri kami untuk menjalani karantina telah ditunggu panitia,” jelasnya.
Pilunya lagi, kata Khoirul, sesampainya di lokasi karantina dirinya ditanya ikhwal Surat Perintah Perjalan Dinas (SPPD), sehingga membuat dirinya terenyuh.
Pasalnya, perwakilan dari masing-masing kabupaten diantar oleh pihak dinas terkait. Sedangkan untuk putrinya yang mewakili Pemkab Lambar diantar langsung oleh keluarga.
Bahkan untuk memastikan kontribusi dan antusias kabupaten lain dalam mengantarkan utusannya, dirinya mencari tahu kepada pengantar lain akan hal tersebut.
“Dan benar saja salah satu kabupaten dikawal langsung oleh dinas terkait.”
“Waktu di sana saya tanya sama salah satu pengantar asal Tanggamus, bapak siapanya nya anggota paskibraka ya? dia bilang kalo dia merupakan utusan dari dinas untuk mengantar,” ceritanya.
Khoirul menambahkan, rangkain putrinya bersama kedua anggota asal Lambar lainnya yang kini menimba ilmu di MAN 1 Liwa tersebut, hanya diperhatikan oleh dinas terkait sampai proses seleksi awal saja.
Dimana, kata Khoirul, sebelum seleksi di Provinsi Lampung oleh putrinya yang bertugas sebagai pasukan 8 penurunan bendera HUT RI ke-76 dua hari lalu tersebut, telah berkompetisi bersama peserta lainnya di kabupaten dan salah satu dari enam yang lolos dan akan mengikuti seleksi tingkat provinsi ialah putrinya yang kini duduk di kelas XI SMA.
“Dinas terkait hanya mengantarkan ke enam peserta pada proses seleksi, pasca dinyatakan hanya tiga siswi saja yang lolos tidak lagi ada pengawalan dari dinas,” bebernya.
“Kalo putri saya, murni keluarga yang mengantar dan jemput. Berbeda dengan siswi asal MAN yang dikawal langsung oleh kepala sekolahnya, saya rasa itu sebagai bentuk support dan semangat pihak sekolah terhadap anak didiknya,” Imbuhdia.
Sementara Khoirul pun menilai sumbangsih dari SMAN 1 Liwa tempat buah hatinya menimba ilmu, seakan kurang akan perhatian.
Dimana saat ini jenjang SMA/SMK sederajat telah berada di bawah koordinasi langsung oleh Dinas Provinsi tidak melalui Dinas kabupaten setempat, sehingga timbul persepsi seakan yang berkaitan dengan sekolah terkait sudah menjadi wewenang provinsi.
“Kita tahu akan hal itu, tetapi bila kita lihat kan ini bakal mengharumkan nama baik sekolah, walaupun putri saya hanya diberikan perhatian uang saku sejumlah Rp300 ribu saja oleh pihak SMAN 1 Liwa setelah dinyatakan lolos oleh pihak provinsi, kami tentunya tetap bersyukur” paparnya.
Ditanya sejumlah uang yang diberikan, Khoirul mengatakan, peruntukannya, yakni untuk transport dan uang saku.
Sementara itu, dikonfirmasi waktuindonesia.id, Citra Ayu Septina membenarkan hal itu, bahkan ia menuturkan bahwa utusan dari daerah lain diperhatikan bantuan keuangan yang lumayan.
“Teman teman dari daerah lain banyak yang cerita kalo dari dinas ada yang diberi Rp700 ribu bahkan dari sekolah mereka ada yang diberi Rp1 juta,” ucapnya.
“Kami dikarantina sejak tanggal 8 Agustus dan baru selesai 18 Agustus kemarin,” tukasnya.
(WII)





