Hari ke-3 Seminar Permuseuman di Pesawaran Angkat Sejarah Pertanian

  • Bagikan
Seminar Permuseuman di Pesawaran ,Sejarah Pertanian
Hari ke-3 Seminar Permuseuman di Pesawaran angkat sejarah pertanian, Kamis (25/11/21). Foto: Apriyansyah/WAKTUINDONESIA.ID

GEDUNGTATAAN, WAKTUINDONESIA – Di hari ketiga pelaksanaan Seminar Permuseuman, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Ketransmigrasian Provinsi Lampung mengangkat materi sejarah pertanian, Kamis (25/11/21).

Hal itu ahar generasi milenial kian menumbuhkan rasa menghargai kepada para petani.

Kepala UPTD Museum Ketransmigrasian Kabupaten Pesawaran, Hana Kurniati mengatakan, pihaknya mengangkat materi pertanian karena hubungannya sangat erat dalam ketransmigrasian yang merupakan salah satu mata pencaharian khususnya warga yang ada Kabupaten Pesawaran.

“Ya anak-anak sekarang sebagian besar hanya mengetahui beras itu sudah jadi tanpa tahu proses panjang yang dilakukan oleh para petani, jadi dengan ini mereka tahu bahwa proses- proses yang dulu dijalani tidak mudah sehingga dengan kesan-kesan yang kita berikan hari ini dapat menumbuhkan rasa menghargai dari diri mereka kepada para petani,” kata dia.

Dirinya mengungkapkan, ke depan pihaknya akan lebih mengenalkan budaya dan sejarah ketransmigrasian ke masyarakat yang lebih luas.

“Caranya ya dengan menjalankan program-program kiki diantaranya mngadakan lomba seperti lomba lesung, kemudian mengadakan pementasan, jadi dengan begini masyarakat dapat mengetahui kebudayaan transmigrasi terutama mengetahui keberadaan Museum Ketransmigrasian,” ungkapnya.

Adapun koleksi dari pertanian, yaitu totalnya sekitar ada 60 alat pertanian di antaranya alat pemetik padi, arit, lesung, dan beberapa alat modern lainnya.

“Tadi saat pelaksanaan materi kepada mahasiswa ada beberapa alat yang dikeluarkan sebagai pajangan dan ada yang dicontohkan. Tujuannya agar mahasiswa mengetahui alat-alat yang digunakan para petani dalam melakukan kegiatan pertanian. InsyaAllah alat-alat ada semua di Museum, dan kita juga akan terus melakukan perkembangan dalam koleksi museum khususnya dalam pertanian transmigrasi,”jelasnya.

“Mahasiswa yang datang ke sini sebagian memang ada yang semester akhir jadi dengan ini bisa juga membantu untuk menyelesaikan pendidikan mereka mulai dari pemilihan judul dan yang lainnya,” timpalnya.

BACA JUGA:  Dialog, Bupati Agus Cari Tahu Keinginan Warganya Pembangunan Pesibar

Muhajir, salah satu pemateri dalam seminar permuseuman mengatakan, seminar pertanian dapat memberikan wawasan terhadap mahasiswa bahwa beras yang dihasilkan oleh petani melalui proses yang panjang.

“Ya Mahasiswa harus tahu bahwa sesuap nasi yang mereka makan itu prosesnya berat yang dijalani oleh petani, setidaknya disini paham usaha petani luar biasa,” katanya.

Ia menambahkan, harus diketahui juga bahwa produksi padi khususnya di Lampung tidak lepas dari perjalanan panjang transmigrasi sejak jaman Belanda.

“Namun sayangnya saat ini sawah-sawah beralih fungsi menjadi nonsawah artinya banyak lahan yang dijadikan permukiman, industri dan lainnya, maka dari itu seharusnya ada usaha yang dilakukan untuk mencegah adanya kejadian seperti itu sehingga budidaya padi masih terus terwujud,”ungkapnya.

Adapun harapan untuk Museum Ketransmigrasian, yaitu untuk selalu melakukan pembenahan bukan hanya dari koleksi saja melainkan relasi dengan lapangan.

“Seperti sawah, sawah juga kan salah satu objek transmigrasi, bisa saja itu menjadi tempat kunjungan apabila ada wisata kesejarahan transmigri terkait pertanian, kemudian adanya juga digitalisasi museum, mengingat perkembangan zaman saat ini sudah maju, sehingga dengan begitu tidak terjadi ketertinggalan dan tentunya dapat diketahui oleh masyarakat luas,” pungkasnya.

(apr/WII)

  • Bagikan