Tiba-Tiba Ikan Mabuk dan Mati di Danau Ranau Lampung Barat

  • Bagikan

LAMPUNG BARAT, WAKTUINDONESIA – Ikan nila di Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Ranau Kecamatan Lumbokseminung Kabupaten Lampung Barat tiba-tiba mati massal sejak Selasa, 10 Januari 2023.

Fenomena itu diduga dampak aktivitas Gunung Seminung atau dasar dan sekitar danau yang mengeluarkan bau belerang menyengat. Air danau juga berubah hitam kecoklatan.

Fenomena itu disebut warga setempat mentileh atau bentileh dan bukan kali pertama, beberapa tahun lalu hal serupa juga sempat terjadi.

Dampaknya, ikan di danau terluas kedua di tanah air mabuk bahkan mati. Tak terkecuali milik pembudidaya ikan air tawar menggunakan KJA.

Hingga kini, Dinas Perikanan (Diskan) Lampung Barat terus melakukan pendataan. Tercatat 12 Ton ikan nila yang dibudayakan melalui KJA mati.

“Saat ini kita masih terus melakukan pendataan jumlah ikan petani yang mati, karena sampai saat ini sudah 12 ton ikan jenis nila yang mati sia-sia,” terang Sekretaris Diskan, Religius, Rabu (11/1).

Lanjut dia, jika hasil pendataan kepada para petani pembudidaya ikan yang permodalannya dari perbankan, diupayakan ada keringannan waktu pengembalian.

“Atas kejadian ini kami melaporkan dan koordinasi dengan Dinas Kelautan Perikan Provinsi Lampung tentang penomena alam terjadi di Kecamatan Lumbokseminung dengan harapan ada bantuan yang dapat meringankan pembudidaya,” harap dia.

Disinggung penyebab matinya ikan nila itu, pihaknya menduga dampak dari aktivitas di dasar atau sekitar danau yang mengeluarkan bau belerang.

Meski begitu pihaknya bakal terus berkoordinasi dengan pihak terkait guna memastikan tak ada faktor lain.

“Kami juga masih nunggu hasil uji kualitas air danau, jadi belum bisa memastikan apa penyebab habitat yang ada dalam air danau seperti ikan-ikan tersebut mati,” jelasnya.

BACA JUGA:  Final! Pendaftar CPNS-PPPK Lambar Capai 6.245 Peminat, Ini Waktu Pengumuman

Sementara itu, Kabid Pengelolaan Pembudidayaan Ikan Umi Fitria, mengatakan hari ini pihaknya tengah ngecek kondisi air danau, meliputi PH (tingkat keasaman air), DO ( kandungan oksigen dalam air), suhu dan kecerahan.

“Kita juga melakukan pendataan jumlah pembudidaya ikan yang terdampak, klau ada pembudidaya yang permodalannya dari perbankan diupayakan ada keringanan waktu pengembalian,” ungkap Umi.

Sementara itu, menurut warga Pekon Kagungan, Soni Irawan (40) mengatakan, ikan-ikan yang mati tersebut awalnya mengapung seperti mabuk, namun lama-kelamaan mati. Tak terkecuali, ikan yang dibudidayakan di dalam KJA.

“Sebenarnya kejadian seperti ini bagi kami, bukan sesuatu yang aneh, karena sudah sering terjadi, beberapa tahun yang lalu juga terjadi seperti ini, tanpa adanya tindakan husus akan normal kembali,” kata dia.

Lanjutnya, warga setempat menyebut fenomena itu bantilehan atau mentileh.

Diduga dampak aktivitas Gunung Seminung sehingga air bisa berubah warna dan mengandung keasaman berlebihan hingga ikan mati.

“Pinggiran Danau Ranau Lumbok Seminung ini, dikelilingi oleh gunung, dan salah satu gunung yang aktif, yakni Gunung Seminung, jadi bisa dimungkinkan berubahnya warna air itu datangnya dari dalam gunung yang aktif tersebut, bahkan bisa jadi mengandung belerang,” sebutnya.

(WII)

  • Bagikan